'}}
Joko Anwar Uji Keimanan (dan Nyali) Masyarakat Melalui Film “Siksa Kubur”
April 4, 2024

Sutradara kondang genre horor Indonesia, Joko Anwar, akan segera merilis film ke-10 hasil garapannya yang berjudul Siksa Kubur. Tak seperti film-filmnya yang terdahulu, film ini mengambil langkah lebih jauh dalam memadukan unsur-unsur Islami dengan naratif horor orisinal yang ia tulis sendiri.

Volix merupakan salah satu yang hadir dalam acara Content Day Siksa Kubur bersama Joko Anwar di Studio Come and See Pictures pada Senin, 4 Maret 2024. Dalam kesempatan ini, Joko membocorkan informasi-informasi baru mengenai Siksa Kubur, mulai dari penjelasan lebih dalam mengenai visinya untuk film ini hingga kisah-kisah di belakang layar.

Sinopsis

Source YouTubeRapi Films

Siksa Kubur mengisahkan tentang Sita (Faradina Mufti), seorang perempuan yang tidak percaya agama setelah kehilangan orang tuanya saat masih kecil dalam insiden bom bunuh diri seorang syuhada. Sejak itu, Sita memiliki satu misi dalam hidup: mencari bukti konkret bahwa agama itu tidak nyata dan siksa kubur itu hanyalah sekedar omong kosong belaka. 

Bersama kakaknya, Adil (Reza Rahadian), Sita bertekad keras untuk menggali kebenaran dan menunjukkannya kepada mata dunia. Namun, keduanya kelak akan menghadapi konsekuensi yang tidak diduga akibat ketidakpercayaan Sita tersebut.

Inspirasi dan Komitmen

Tanggal perilisan Siksa Kubur, 10 April 2024, bertepatan dengan perayaan hari Lebaran dan untuk alasan yang sejalan dengan tema film. Lebaran diyakini sebagai momen di mana setan-setan lepas dari belenggu yang telah mengekang mereka selama bulan suci Ramadan. Film ini hadir salah satunya dengan harapan untuk mengingatkan penonton akan bahaya tersebut.

Siksa Kubur merupakan film paling personal bagi Joko Anwar sejauh ini. Ia mengaku bahwa minatnya untuk menggarap film Siksa Kubur berawal dari ketakutan primal-nya terhadap konsep kejadian alam bawah tanah tersebut sejak kecil. 

“Sama ustadz, ketika aku SD, selalu bilang bahwa kalau kamu takut siksa neraka, itu kita ga tau karena masih lama. Tapi sebagai seorang muslim, kalo misalnya kalian percaya sama siksa kubur, itu bisa terjadi kapan saja,” jelas Joko.

“Sejak kecil, ini merupakan sesuatu yang penting banget untuk aku ceritakan. Kalo ada sesuatu yang mengganjal dalam diri kita, kita ingin keluarkan dalam bentuk film.”

Sebelum ditetapkan sebagai film ke-10, Joko Anwar pertama kali merilis sebuah versi awal dari Siksa Kubur dalam bentuk film pendek di kanal YouTube-nya pada 2012. Film tersebut mendapatkan dana dari Justin Lin, sutradara franchise Fast and Furious dan Star Trek Beyond, yang kemudian dimanfaatkan Joko untuk menggarap film pendek Siksa Kubur yang bebas dialog. 

Setelah perilisan film pendek, langkah selanjutnya yaitu untuk membuat versi film panjangnya, namun tidak sebelum Joko tumbuh lebih “dewasa” sebagai sutradara dan penulis untuk menangani tema-tema Islami kental dalam Siksa Kubur. Maka dari itu, penggarapan Siksa Kubur mengalami penundaan yang cukup lama sejak 2012.

Selebihnya, Joko dan produser film, Tia Hasibuan, mendapat bantuan dan dukungan dari para ahli yang jauh lebih mengerti masalah lingkup Islami untuk mengembangkan naskah. Mereka berdiskusi bersama dalam satu ruangan untuk mencari draft naskah terbaik yang akan diangkat ke layar lebar. Hal ini dilakukan demi dijauhkan dari segala macam misinterpretasi dan kesalahpahaman mengenai semua unsur agama yang akan ditampilkan di dalam film.

Untuk menggarisbawahi komitmennya terhadap Siksa Kubur, Joko sampai memilih untuk  mundur dari sebuah proyek Hollywood tahun lalu yang sempat melibatkan namanya. Di matanya, ia sudah mampu mengukir namanya di dunia internasional tanpa harus menuhani nama Hollywood seperti kebanyakan orang.

It’s only Hollywood. Zaman sekarang, Hollywood itu sudah nggak ada artinya. Kita bikin film Pengabdi Setan aja juga ditonton sampai sana, sampai akhirnya gue dapet agent.”

Bukan Horor Biasa

Source YouTubeRapi Films

Penggambaran horor dalam Siksa Kubur menarik inspirasi dari apa yang terkandung di dalam Kitab Suci Al-Quran dan Hadits-Hadits. Joko Anwar mengambil pendekatan yang lebih terukur dan tidak ingin menawarkan adegan-adegan penyiksaan yang berlimpahan dan cenderung jatuh ke dalam kategori torture porn. Ia lebih mengedepankan efek horor psikologikal yang diharapkan dapat dirasakan oleh para penonton setelah keluar menyaksikan film.

“Kita ga heavy di penyiksaannya. Kita ga mau bikin film torture porn karena udah banyak seperti film Saw, film Hostel. Kita yang lebih primal lagi, ketakutan manusia itu apa?” Ungkap Joko.

“Ada kalanya bagi sebagian orang terjadi sesuatu yang sangat besar, yang sangat traumatis, yang bikin kita ga percaya lagi sama Tuhan. Konsekuensinya apa? Coba pikirkan kalau ternyata kita pada saat ini tidak percaya dengan Tuhan. Bagaimana kalau kita salah? Itu pertanyaan yang ingin diajukan dalam film Siksa Kubur.”

Untuk menekankan poin tersebut lebih jauh, Joko menyebut Siksa Kubur sebagai film “existentialist horror” yang hadir untuk membangkitkan sisi spiritual penonton melalui efek psikologikal tersebut. Para pemain dan kru film pun diklaim telah menjalani pengalaman yang membuka mata selama jalannya dan setelah produksi film rampung. 

Hal ini semua kembali lagi memiliki akar dalam pribadi tiap orang dan itulah yang Joko manfaatkan demi membangun pengalaman horor yang tidak hanya menakutkan namun juga dapat menginspirasi penonton untuk kembali dekat dengan sisi spiritual masing-masing.

Membangun Dunia Di Dalam Layar

Source Come and See Pictures

Salah satu tantangan terbesar bagi Joko dalam menggarap film ini yaitu bagaimana cara menggambarkan kejadian siksa kubur yang terasa realistis dan dapat dipercaya oleh para penonton. Maka dari itu, ia mencoba untuk merancang worldbuilding yang terasa organik dan natural dari segi naratif serta teknik pengambilan gambar yang tidak banyak gaya dari segi teknis. 

Mayoritas porsi film ini menggunakan efek praktikal untuk membangun tampilan visual yang realistis dan hanya menggunakan efek komputer alias CGI untuk menyempurnakan visual beberapa adegan. Sound dan scoring juga menjadi tantangan besar bagi Joko dan tim karena mereka ingin elemen tersebut menjadi karakter tersendiri dalam film ini. Mereka sampai mendapatkan bantuan oleh para sound designers dari film horor Incantation untuk mencapai tujuan tersebut.

Semua latar tempat yang terlihat dalam film juga merupakan lokasi-lokasi asli yang dapat disambangi oleh siapa saja. Wilayah Pangandaran, Jawa Barat menjadi salah satu lokasi pengambilan gambar utama kali ini. Joko dan tim menemukan sebuah terowongan di tengah-tengah hutan kawasan tersebut yang cocok untuk dijadikan latar utama dalam film ini. 

Source YouTubeRapi Films

Disebut sebagai “terowongan bengkok” oleh para penduduk setempat, Joko memilih untuk mengambil gambar langsung di tempat tersebut sepanjang proses produksi ketimbang membangun set. Hal tersebut membuahkan tantangan tersendiri bagi para kru yang harus menghadapi populasi kelelawar beserta kotoran-kotorannya yang bersarang di dalam terowongan tersebut. Pada akhirnya, lokasi tersebut diharapkan dapat menjadi latar tempat unik terbaru di antara latar-latar ikonik lainnya yang terdapat dalam film Joko Anwar lainnya.

Selebihnya, Joko juga memilih aktor-aktor bertalenta seperti Faradina Mufti, Reza Rahadian, Christine Hakim, dan Slamet Rahardjo untuk membantu membangun kesan realistis film Siksa Kubur. Mereka diminta untuk memerankan karakter-karakter yang dapat memberi kesan bahwa mereka semua mampu kita sapa sehari-hari. Semua konflik dan struggle mereka dapat dipahami dengan mudah dan para penonton mampu merasakan apa yang mereka rasakan sepanjang jalan cerita. Tiap karakter yang mereka perankan pun dijamin terasa berbeda dari semua peran yang mereka telah mainkan sebelumnya.

Siksa Kubur menjadi karya film paling personal bagi Joko Anwar karena pengembangannya memiliki sejarah istimewa sendiri dalam hidup Joko. Film ini juga mengandung banyak sekali pesan moral yang ia ingin sampaikan kepada masyarakat luas. Harapannya yaitu untuk menyajikan sebuah horor religi yang memanfaatkan agama untuk mengajak penonton berdiskusi dengan satu sama lain, serta agar menjadi lebih dekat dengan sisi spiritual masing-masing.

Sebelum mengalihkan perhatiannya kepada proyek-proyek mendatang seperti Pengabdi Setan 3, Joko Anwar mengajak para penonton untuk bersama-sama menjalani pengalaman spiritual yang bermakna dan tak terlupakan lewat Siksa Kubur.


See other posts

'}}
Green Day Tampil Di Indonesia Tahun 2025 Mendatang
'}}
Zillennials: Generasi ‘Cusper’ yang Berdampak pada Bumi
'}}
CR7 dan Leo Messi Tak Masuk Ballon d’Or: Awal Era Baru Sepak Bola?