Dua pendaki senior Lilie Wijayanti (59) dan Elsa Laksono (59) meninggal dalam pendakian Puncak Carstensz Pyramid, Mimika, Papua Tengah pada Sabtu (1/3). Sebelum meninggal, kedua pendaki Puncak Carstensz Pyramid itu dikabarkan mengalami gejala Acute Mountain Sickness (AMS).
Rombongan pendaki yang juga diikuti oleh Fiersa Besari itu disebutkan sebelumnya mengalami kendala akibat cuaca buruk di kawasan puncak. Hal itu dipastikan tim polisi yang melakukan investigasi sepanjang akhir pekan.
Lilie dan Elsa merupakan sepasang kawan yang telah mengenal satu sama lain sejak SMP. Keduanya sudah memiliki kegemaran mendaki gunung sejak usia 18 tahun.
Karena memiliki hobi yang sama tersebut, keduanya sering sekali mendaki gunung bersama-sama. Dan menaklukkan Puncak Carstenz konon merupakan impian terakhir mereka.
Namun keduanya ternyata meninggal dunia dalam perjalanan turun dari Puncak Carstensz menuju Base Camp Lembah Kuning, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah.
Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol. Ignatius Benny Ady Prabowo, mengatakan para pendaki mendatangi Lembah Kuning sejak Rabu (26/2). Mereka melakukan penerbangan dari bandara Timika dengan menggunakan Helikopter Milik PT Komala Indonesia jenis AS 350 B3 (PK-KIE).
Rombongan pendaki yang terdiri dari 15 orang tersebut berhasil mencapai Puncak Carstensz Pyramid setinggi 4.884 mdpl pada Jumat (28/2). Namun setelah itu, rombongan dihadang cuaca buruk.
Hal itu membuat para pendaki terjebak kesulitan melanjutkan perjalanan. Sejumlah anggota tim terkena gejala AMS (acute mountain sickness) saat perjalanan turun sebelum melintasi lintasan jembatan tali.
Menurut Fiersa Besari dalam postingannya menyebutkan bahwa terdapat beberapa tim pendaki Carstenz Pyramid. Tim Fiersa dan Tim Lillie dan Elsa menggunakan operator yang berbeda.
Selain rombongan mereka, terdapat pula tamu dari Balai Taman Nasional dan beberapa wisatawan asing yang juga mendaki. Dan kabar yang menimpa Lilie dan Elsa baru diterima pada 1 Maret 2025 sekitar pukul 04.00 WIT.
Apa Itu Acute Mountain Sickness?
Acute mountain sickness atau AMS adalah suatu kondisi yang terjadi saat pendaki berada di ketinggian tertentu. Salah satu penyebab AMS adalah penurunan kadar oksigen dan tekanan udara saat mendaki ke tempat yang lebih tinggi.
Sekitar 25% pendaki mengalami penyakit gunung ini saat mendaki hingga ketinggian 2.400 meter di atas permukaan laut (mdpl). 40-50 % lainnya yang baru merasakan gejala AMS saat mendaki hingga ketinggian 3.000 mdpl.
Menurut Centres for Disease Control and Prevention, selain AMS, ada dua bentuk lain penyakit gunung, yakni high altitude cerebral edema (HACE) dan high altitude pulmonary edema (HAPE).
HACE dikenal juga dengan istilah edema otak dataran tinggi Kondisi ini bisa terjadi saat pendaki mengalami AMS yang sangat parah, namun HACE jarang terjadi.
HACE disebabkan karena akumulasi cairan di dalam dan sekitar otak. Risiko kematian HACE dapat terjadi dalam kurung waktu 24 jam setelah timbulnya ataksia.
Sementara itu HAPE dikenal juga dengan istilah edema paru dataran tinggi. HAPE bisa terjadi dengan sendirinya atau berasal dari perkembangan AMS dan HACE.
Kondisi ini disebabkan adanya penumpukan cairan berlebih di paru-paru. HAPE bisa lebih fatal dari HACE sehingga membutuhkan penanganan yang lebih serius dan segera.
Baca Juga: Outfit Naik Gunung, Keren dan Tetap Fungsional
Gejala AMS
Tanda dan gejala AMS biasanya timbul dalam waktu beberapa jam sampai 1 hari setelah mendaki hingga ketinggian tertentu. Gejala AMS yang timbul bisa berupa gejala yang ringan sampai berat.
Beberapa gejala yang bisa dirasakan saat mengalami AMS, antara lain sakit kepala, pusing atau kepala terasa ringan, kelelahan, tidak bisa tidur (sering terbangun saat tidur), kehilangan nafsu makan, mual dan muntah, denyut nadi cepat, dan sesak napas.
Bila tidak ditangani segera, AMS dapat berkembang menjadi HACE dan HAPE. Kondisi ini sebenarnya mudah dikenali karena penderita biasanya meracau atau seperti orang mabuk.
Faktor Risiko Acute Mountain Sickness
Hingga saat ini sebenarnya tidak ada alat diagnosis yang bisa memprediksi dengan pasti timbulnya penyakit gunung akut ini pada seseorang. Namun, angka kejadian penyakit ini biasanya semakin meningkat pendakimemiliki beberapa faktor risiko seperti berikut.
- Punya riwayat penyakit AMS sebelumnya.
- Minum alkohol atau beraktivitas berlebihan saat tubuh belum mampu menyesuaikan diri dengan ketinggian.
- Pendakian gunung yang terlalu cepat, misalnya mencapai ketinggian 2.700 mdpl dalam waktu kurang dari sehari.
- Punya kondisi medis yang mempengaruhi sistem pernapasan, saraf, dan jantung.
- Tinggal di daerah rendah atau dekat permukaan laut, kemudian melakukan perjalanan ke dataran tinggi.
Baca Juga: 10 Gunung untuk Pemula yang Aman Didaki
