Sejak pendaratan pertama manusia di bulan pada 1969 lewat misi Apollo 11, NASA (National Aeronautics and Space Administration) telah mengusahakan untuk menerbangkan manusia ke luar angkasa dan menemukan tempat tinggal baru di tengah lautan bintang. NASA telah memfokuskan usaha mereka di dua lokasi: Bulan dan Mars. Mulai dari pemerolehan data di permukaan hingga usaha kolonisasi jangka panjang, NASA berharap bahwa dalam 50 tahun ke depan manusia dapat merasakan sensasi meninggalkan Bumi dan menetap secara permanen di planet lain.
Berikut merupakan tiga misi terbesar NASA dalam 50 tahun ke depan untuk mengupayakan kesuksesan perjalanan antariksa manusia:
1. Misi Artemis 2 Tahun 2024
NASA mengestimasikan akan kembali menerbangkan manusia ke orbit bulan dalam misi Artemis 2 mulai tahun depan. Misi ini merupakan salah satu upaya NASA untuk melanjutkan misi penjelajahan bulan yang terakhir kali dilangsungkan oleh Apollo 17 pada 1972. Artemis 2 akan melibatkan empat astronot dan ahli luar angkasa berpengalaman yang datang dari NASA dan Canadian Space Agency (CSA) yaitu Komandan Astronot Reid Wiseman, Pilot Victor Gloves, serta dua Spesialis Misi Jeremy Hansen dan Christina Koch.
Keempatnya akan meluncur menggunakan pesawat antariksa Orion yang lepas landas dengan menunggangi roket Space Launch System (SLS). Tidak seperti misi-misi yang terdahulu, kali ini para astronot tidak akan mendarat di bulan melainkan hanya mengitari orbit bulan selama kurang lebih 10 hari. Hal ini dilakukan untuk mengupayakan penetapan kehadiran NASA di bulan secara permanen dalam jangka panjang untuk keperluan sains dan eksplorasi.
2. Kolonisasi Bulan 2040
Berdasarkan wawancara New York Times dengan sejumlah sumber di NASA, mereka akan memulai pendirian kawasan tempat tinggal di permukaan bulan untuk jangka panjang yang diperkirakan selesai pada 2040. Tempat tinggal tersebut bukan hanya diperuntukkan bagi kru NASA, tetapi juga masyarakat publik. Pihak NASA percaya bahwa pada 2040, para warga negara Amerika Serikat akan memiliki subdivisi pertamanya di luar angkasa, dimulai di bulan.
Dalam upaya membangun struktur-struktur tempat tinggal, NASA berencana untuk mengirim sebuah printer 3D. Printer ini bisa menghasilkan berbagai bagian dan lapisan bangunan yang terbuat dari bahan beton khusus. Hal ini merupakan hasil kerja sama berbagai pihak, seperti universitas-universitas dan perusahaan-perusahaan swasta, dengan NASA. Bersama, mereka akan memanfaatkan teknologi baru untuk menyempurnakan sektor logistik misi ini.
Salah satu perusahaan yang telah bekerja sama dengan NASA untuk memenuhi segala macam kebutuhannya yaitu ICON, yaitu perusahaan manufaktur teknologi konstruksi asal Texas, Amerika Serikat. Mereka telah memperoleh bantuan dana dari NASA pada 2020, dan pada 2022 mereka telah menerima dana tambahan sebanyak US$60 juta atau kurang lebih Rp942 miliar untuk mengembangkan semua peralatan yang akan digunakan dalam kolonisasi bulan, termasuk printer 3D.
3. Mars 2030
Selain bulan, Mars menjadi destinasi utama NASA berikutnya dalam mendirikan kawasan tempat tinggal bagi manusia di luar angkasa. Setelah bertahun-tahun meneliti permukaan Mars, NASA berkesimpulan bahwa planet tersebut mampu mendukung kehadiran makhluk hidup. NASA juga percaya bahwa Mars sempat memiliki populasi makhluk hidup biologis pada suatu waktu di masa lalu. Jarak Mars pun menjadi bahan pertimbangan karena tidak begitu jauh dari Bumi apabila dibandingkan planet lainnya.
NASA telah mengembangkan teknologi-teknologi yang mampu mendukung misi kolonisasi “Planet Merah” dimulai pada 2030. Beberapa di antaranya yaitu sistem penggerak lanjutan atau advanced propulsion system untuk mendukung perjalanan pesawat luar angkasa dari Bumi hingga Mars, pakaian luar angkasa high-tech yang mampu bertahan di lingkungan Mars dan menawarkan mobilitas tinggi bagi penggunanya, serta tempat tinggal atau laboratorium berjalan yang mampu digerakkan ke mana saja selama mengitari permukaan planet.
Untuk saat ini, NASA masih bergantung pada sejumlah robot atau rover yang sedang menjelajahi permukaan Mars. Robot-robot tersebut berkontribusi dalam proses penelitian juga koleksi berbagai data survei mengenai planet tersebut. Mereka dapat dikendalikan dari jarak jauh dan mampu mengirim data langsung ke ruang kontrol NASA yang terletak di kantor pusat Washington, D.C., Amerika Serikat.