Climeworks, perusahaan asal Swiss, resmi operasikan instalasi pembangkit listrik raksasa sebagai solusi pencemaran udara. Bekerja mirip dengan vaccum cleaner namun dalam skala yang jauh lebih besar, instalasi yang dinamakan “Mammoth” tersebut mampu menyedot zat-zat polutan di udara yang menjadi pemicu terjadinya pemanasan global.
Dilansir dari CNN Indonesia, Climeworks mengklaim bahwa Mammoth merupakan instalasi pembangkit listrik bertenaga uap terbesar di dunia. Ukurannya 10 kali lebih besar dari pendahulunya, Orca, yang dioperasikan mulai 2021.
Mammoth menerapkan teknologi Direct Air Capture (DAC) yang dirancang untuk menyedot udara dan memusnahkan karbon dengan memanfaatkan bahan kimia. Para ilmuwan di Climeworks juga memastikan bahwa residu dari karbon dapat digunakan kembali dan diubah menjadi produk-produk padat daur ulang setelah disuntik ke bawah tanah.
Karbon yang ditangkap kemudian dikirimkan ke bawah tanah dan melalui tahapan metamorfosis menjadi zat padat serupa dengan batu sehingga mengunci karbon secara permanen. Solusi ini menjadikan metode Climeworks bermanfaat dari berbagai aspek, terutama karena mendorong terjadinya sirkular ekonomi.
Climeworks menjelaskan bahwa Mammoth mampu menghisap 36.000 ton karbon dari udara per tahunnya dengan kapasitas penuh. Hal tersebut setara dengan menghilangkan kurang lebih 7.800 mobil bertenaga gas dari jalanan dalam setahun.
Jan Wurzbacher, salah satu pendiri dan co-CEO Climeworks, menyebut bahwa perusahaannya memiliki rencana jangka panjang untuk menghapus kadar karbon dari atmosfer hingga 1 juta ton per tahun pada 2030 dan 1 miliar ton pada 2050. Kehadiran Mammoth diharapkan dapat membantu mereka dalam mencapai target tersebut.