Perjuangan Timnas Indonesia untuk lolos ke ajang Olimpiade Paris 2024 menjadi sorotan utama oleh mata masyarakat Indonesia serta dunia baru-baru ini. Penampilan Rizky Ridho dan kawan-kawan dalam laga Piala Asia U-23 2024 telah meningkatkan kepercayaan diri masyarakat Indonesia bahwa tiket Olimpiade sudah di depan mata.
Apabila Timnas U-23 berhasil, maka ini akan menjadi pertama kalinya Indonesia lolos ke Olimpiade cabang sepak bola dalam hampir 70 tahun. Tentunya, akan menjadi sejarah yang kembali terukir kembali sejak lama.
Kesuksesan Indonesia lolos ke Olimpiade Melbourne 1956 menjadi salah satu prestasi terbesar dalam sejarah 94 tahun didirikannya PSSI. Momen tersebut menjadi pertama kalinya dan terakhir kali Indonesia sukses meninggalkan jejak di salah satu perayaan olahraga terbesar di dunia tersebut.
Saat itu, PSSI berada di bawah asuhan R. Maladi selaku ketua umum periode 1950-1959. Beberapa tahun sebelum digelarnya acara dari Agustus hingga September 1950, Indonesia giat melangsungkan tur ke beberapa lokasi di Eropa Timur. Hal ini dilakukan demi mempersiapkan para pemain untuk berlaga menghadapi kekuatan-kekuatan barat.
Tak lama menjelang Olimpiade, Indonesia sempat menguji kekuatan dalam laga uji coba melawan beberapa negara Eropa seperti Jerman Timur, Cekoslovakia, dan Yugoslavia. Namun, Indonesia selalu mengalami kekalahan dalam laga-laga tersebut.
Indonesia kemudian memperoleh tiket emas menuju Olimpiade ketika Taiwan, yang pada saat itu akan menjadi rintangan Indonesia untuk lolos lewat zona Asia, memilih untuk mundur karena masalah politik dengan Tiongkok. Alhasil, Indonesia mendapatkan tiket lolos ke Melbourne melalui walkover tersebut.
Selanjutnya, Indonesia kembali beruntung saat Vietnam Selatan mundur dari putaran awal Olimpiade sehingga mengantar Indonesia ke babak perempat final. Pasca melongkap beberapa laga melawan kekuatan Asia, skuad Garuda langsung berhadapan dengan raksasa Uni Soviet di Olympic Park Stadium pada 29 November 1956. Laga tersebut ditahan imbang oleh Timnas dan akhirnya berakhir dengan skor 0-0.
Hasil laga pertama melawan Uni Soviet tersebut sangat mengejutkan mengingat bahwa saat itu mereka merupakan salah satu kekuatan terbesar dalam sepak bola dunia. Namun, akhirnya Indonesia harus mengakui kekalahannya di tangan skuad Soviet di laga kedua menuju putaran semi-final yang berlangsung pada 1 Desember 1956. Indonesia kembali pulang ke kampung halaman sementara Soviet justru berhasil meraih emas dalam putaran final setelah menaklukkan Yugoslavia.
Kini, hampir 70 tahun kemudian, Indonesia memiliki kesempatan untuk kembali mengukir sejarah melalui usaha pelatih Shin Tae-yong dalam memperkuat skuad Garuda Muda. Sejauh ini, usahanya telah menuai banyak pujian oleh para penggemar, namun akankah hal tersebut terus lanjut hingga ke panggung Olimpiade dunia? Hanya waktu yang tahu.