Mark Zuckerberg, CEO Meta, baru-baru ini menjadi perbincangan hangat. Setelah menghadiahkan istrinya, Priscilla Chan, sebuah patung megah yang mengingatkan pada tradisi Romawi kuno. Tindakan romantis ini menghidupkan kembali pertanyaan tentang asal-usul dan makna di balik pembuatan patung untuk istri, sebuah praktik yang telah mengakar dalam sejarah Romawi.
"Matronae": Simbol Kesetiaan dan Kehormatan
Tradisi ini dikenal dengan sebutan "Matronae", sebuah istilah Latin yang merujuk pada wanita yang sudah menikah dan dihormati dalam masyarakat Romawi. Pembuatan patung untuk istri merupakan bentuk penghormatan tertinggi, melambangkan cinta, kesetiaan, dan pengakuan atas peran penting sang istri dalam keluarga dan masyarakat.
Praktik ini bermula pada masa Republik Romawi, di mana patung-patung matronae seringkali ditempatkan di atrium rumah atau di taman keluarga. Patung-patung ini tidak hanya menggambarkan kecantikan fisik, tetapi juga kualitas-kualitas terpuji seperti kesederhanaan, kebajikan, dan pengabdian pada keluarga. Pada masa Kekaisaran Romawi, tradisi ini semakin berkembang, dengan patung-patung permaisuri dan wanita bangsawan menghiasi forum dan tempat-tempat umum lainnya.
Mengadaptasi Tradisi di Era Modern
Meskipun masyarakat Romawi kuno telah lama berlalu, tradisi Matronae tetap hidup dalam berbagai bentuk. Di Italia, beberapa keluarga masih memesan patung untuk menghormati istri atau ibu mereka yang telah meninggal. Di belahan dunia lain, termasuk Abu Dhabi, seniman kontemporer terinspirasi oleh tradisi ini untuk menciptakan karya-karya yang merayakan peran wanita modern.
Tidak ada aturan baku tentang kapan harus membuat patung untuk istri. Beberapa pasangan memilih untuk melakukannya pada ulang tahun pernikahan, sementara yang lain menunggu hingga usia senja sebagai bentuk penghormatan atas perjalanan hidup bersama. Pada intinya, pembuatan patung adalah keputusan pribadi yang didorong oleh cinta dan keinginan untuk mengabadikan momen berharga.
Tradisi Matronae mencerminkan nilai-nilai luhur masyarakat Romawi kuno, di mana keluarga dan kesetiaan dijunjung tinggi. Patung bukan hanya representasi visual, tetapi juga simbol ikatan abadi antara suami dan istri. Dalam konteks modern, tradisi ini mengingatkan kita akan pentingnya menghargai peran wanita dan merayakan cinta dalam segala bentuknya.
Secara tradisional, patung matronae ditempatkan di tempat-tempat yang mudah dilihat, seperti atrium, taman, atau ruang keluarga. Di era modern, penempatan patung lebih fleksibel, tergantung pada preferensi pribadi dan gaya hidup. Beberapa pasangan memilih untuk memajangnya di ruang tamu sebagai pusat perhatian, sementara yang lain lebih suka menempatkannya di tempat yang lebih pribadi, seperti kamar tidur atau ruang kerja.
Pencetus Tradisi yang Hilang dalam Sejarah
Sayangnya, tidak ada catatan pasti tentang siapa yang pertama kali memulai tradisi Matronae. Praktik ini kemungkinan besar muncul secara organik sebagai ekspresi cinta dan penghormatan terhadap wanita dalam masyarakat Romawi kuno.
Tradisi Matronae adalah warisan berharga yang terus menginspirasi hingga saat ini. Dari Romawi kuno hingga Abu Dhabi modern, pembuatan patung untuk istri tetap menjadi simbol cinta abadi dan pengakuan atas peran penting wanita dalam keluarga dan masyarakat.