Film biopik terbaru Napoleon garapan sutradara Ridley Scott menuai kritik dari keluarga keturunan sosok revolusioner asal Prancis tersebut. Pihak keluarga memusatkan kritik terhadap penggambaran karakter Napoleon serta pencapaian-pencapian semasa hidupnya dalam film yang dinilai tidak akurat.
Dilansir dari Forbes, Joachim-Napoleon Murat, keturunan ketujuh dari adik Napoleon Bonaparte, Caroline, mengkritisi pemilihan aktor yang memerankan Napoleon yaitu Joaquin Phoenix. Ia dinilai kurang cocok karena sudah berumur 50 tahun, terlalu tua untuk memerankan karakter Napoleon yang seharusnya masih muda di dalam film. Murat juga mengatakan para pemeran lain di film tersebut kurang merepresentasikan para tokoh revolusioner Prancis di masanya yang adalah para pemuda.
Selebihnya, Murat merasa kecewa akan penggambaran kepribadian Napoleon yang terkesan murung dan gelap sepanjang film. Napoleon dalam film juga digambarkan memiliki kulit yang terlalu pucat. Namun, ia menekan bahwa dirinya mengambil posisi subyektif dalam menilai hal tersebut.
Ia juga menyorot salah satu momen dalam film di mana Napoleon memerintahkan untuk menembak meriam ke arah bangunan piramida di Mesir. Kejadian tersebut tidak pernah divalidasi oleh para sejarawan dan Murat menilai momen tersebut tidak akurat dengan apa yang sebenarnya terjadi. Pasukan Napoleon memang sempat dituduh merusak beberapa bagian bangunan Sphynx, namun para sejarawan yakin bahwa kerusakan tersebut sudah ada sejak berabad-abad sebelumnya.
Murat menjelaskan bahwa dirinya mengerti bahwa banyak keputusan yang diambil oleh sutradara Ridley Scott merupakan salah satu dari tujuannya untuk menulis ulang sejarah demi menyesuaikan cerita film berdasarkan visi pribadinya. Scott memusatkan cerita film terhadap kisah romansa antara Napoleon dan kekasihnya, Josephine, yang diperankan oleh Vanessa Kirby. Alhasil, ia harus merangkai ulang beberapa elemen riwayat hidup Napoleon untuk mengakomodir fokus cerita tersebut sehingga tidak sesuai dengan yang aslinya.
Walau telah menanggapi film secara negatif, Murat masih mempersilakan penonton menyaksikan film tersebut. Ia melihat ada beberapa penonton yang merasa bahwa Napoleon digambarkan sebagai sosok humanis yang mampu dikalahkan oleh rasa cinta dan ada juga yang tidak menyukai film karena hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya. Pada akhirnya, Murat membiarkan penonton untuk menilai film tersebut apa adanya sesuai pandangan masing-masing.