'}}
Ketua Komite FFI 2023 dan 25 Delegasi Indonesia Hadiri Cannes Film Festival di Perancis
May 22, 2023

Ketua Komite Festival Film Indonesia (FFI), Reza Rahadian, beserta sejumlah sineas dan pendukung perfilman Indonesia, menghadiri festival film Cannes 2023 di Perancis. Delegasi Indonesia juga termasuk Mendibudristek Nadiem Makarim dan Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid.

Mereka mengemban berbagai misi untuk melebarkan jalan sineas Indonesia menjajaki panggung dunia. Di antaranya memperkuat kerjasama dunia dengan festival-festival film di Indonesia seperti Festival Film Indonesia (FFI), Jakarta Film Week (JFW), dan Jogja NETPAC Asian Film Festival (JAFF).

Selain itu, pada tanggal 26 Mei, akan ada pula penayangan film “Basri and Salma in A Never-Ending Comedy” karya sutradara Khozy Rizal dan Produser John Badalu sebagai film pendek pertama Indonesia yang terseleksi pada kompetisi utama di Cannes. Tidak hanya film yang siap tayang, proyek film dokumenter Indonesia yang sedang dalam tahap produksi dan sedang mencari potential partner "A Distant Call" yang disutradarai oleh Andrea Suwito dan diproduseri oleh Mandy Marahimin juga dipresentasikan di Cannes Docs Marche Du Film. Adapun “Tiger Strips” yang merupakan film ko-produksi internasional bersama delapan negara, termasuk Indonesia, juga ikut berkompetisi dalam Semaine de la Critique Cannes 2023. Produser asal Indonesia, Yulia Evina Bhara, turut terlibat dalam pembuatan film ko-produksi tersebut.

Salah satu acara terpenting yang diselenggarakan delegasi Indonesia adalah Indonesia Cinema Night. Dalam acara ini Nadiem Makarim dan Reza Rahadian mengumumkan skema "matching fund" Dana Indonesiana yang akan memfasilitasi pendanaan bagi proyek ko-produksi film lintas negara. Mereka juga menandatangani kerja sama dengan BIFAN (Bucheon Fantastic Film Festival), Korea dan Focus Asia, Far East Film Festival, Udine, Italy.


See other posts

'}}
Urban Sneaker Society Is Back Offline!
'}}
Band MANJA: Single “MNSF” dan Tur Perdana di 2024
'}}
Baim Wong Tuai Kontroversi usai Kontennya Dianggap ‘Jual’ Kemiskinan