Connect with us

Hi, what are you looking for?

Movies

Kamila Andini siap Persembahkan Gadis Kretek lewat Netflix

Courtesy of Netflix Indonesia

Sutradara Kamila Andini membicarakan projek terbarunya, serial Gadis Kretek, yang akan segera tayang di layanan streaming Netflix. Serial yang diangkat dari novel laris karya Ratih Kumala tersebut ia sutradarai berduet dengan suaminya Ifa Ifansyah dan dijadwalkan tayang tahun ini.

“Aku dulu baca novel itu langsung selesai karena saking sukanya,” ujar Kamila di acara “Reflections of Me”, perayaan Hari Perempuan Internasional yang diselenggarakan oleh Netflix pada 16 Maret 2023 di Senayan, Jakarta Pusat.

Gadis Kretek dibintangi oleh Dian Sastrowardoyo, Putri Marino, Ario Bayu, dan Arya Saloka. Serial ini mengangkat seluk beluk industri tembakau di tanah air di masa lampau lewat mata perempuan, sebuah sudut pandang yang unik karena industri rokok biasanya didominasi oleh laki-laki.

Source: Instagram/gadiskretek

Representasi perempuan yang autentik

Kamila Andini memang terkenal dengan karya-karya yang mengangkat kehidupan perempuan. Ia mengatakan berusaha tidak menampilkan perempuan secara hitam-putih dan stereotip saja. Apalagi, ia merasa banyak film yang menonjolkan karakter perempuan yang memiliki karakter kelaki-lakian seperti harus berani dan kuat untuk menjadi berdaya.

Kamila Andini di acara Reflection of Me. Courtesy of Netflix Indonesia.

“Di lain sisi pas saya bikin karakter saya sendiri tidak seperti itu, masih pemalu, insecure, emosional, sensitif, polos,” ujarnya.

Dalam metodenya, Kamila berusaha menonjolkan sisi-sisi perempuan yang penuh lapisan, yang menjadikan setiap tokohnya menjadi pribadi yang utuh. Hal ini yang menjadi pedomannya dalam film-filmnya yang terdahulu seperti Sekala Niskala (2017), Yuni (2021), dan Before, Now and Then (2022) yang semuanya mengangkat tema perempuan. Prinsip ini juga akan dilakukan dalam pembuatan Gadis Kretek.

“Selalu ada ekspektasi yang besar terhadap perempuan, entah menjadi ibu atau istri yang sempurna, menjalani hidup sesuai dengan harapan orang di sekelilingnya, atau menjadi figur yang diinginkan orang lain. Namun saya paham betapa sulitnya untuk mencoba menjadi diri yang berani membuat pilihan untuk kita sendiri. Itu mengapa karakter-karakter saya tidak pernah sekadar hitam dan putih, mereka punya kelemahan tapi juga kekuatan,” kata Kamila Andini.

Daripada mengangkat karakter yang “sempurna” sesuai dengan tuntutan masyarakat, ia lebih senang mengangkat karakter yang memiliki kelemahan dan kemudian berproses untuk mejadi lebih baik sepanjang film.

“Setiap pilihan mereka bukan yang terbaik, tapi itu pilihan [yang mereka buat sendiri],” ujarnya.

Kamila yang juga anak dari sutradara senior Garin Nugroho mengatakan bahwa sejak kecil ia senang menonton film Indonesia dan Hollywood, namun jarang menemukan representasi perempuan yang menurutnya realistis. Ia menyebutkan film My Girl (1991), yang menceritakan karakter gadis cilik yang beranjak remaja dan mengalami berbagai perubahan dalam hidupnya, sebagai salah satu film yang menginspirasinya untuk membuat karakter perempuan yang autentik lagi menggugah di layar.

Diskusi panel “Reflections of Me – Representation in Southeast Asia TV and Cinema” tidak hanya menampilkan Kamila Andini, namun juga perempuan-perempuan pelaku sinema dari Asia Tenggara yakni kritikus film Anupama Chopra dari India; penulis naskah Eirene Tran Donohue (A Tourist’s Guide to Love) asal Vietnam-Irlandia; aktris, sutradara, produser, dan penulis Manatsanun ‘Donut’ Phanlerdwongsakul (Thai Cave Rescue) asal Thailand; serta sutradara Marla Archeta (Doll House) dari Filipina. Diskusi ini dipandu oleh aktris, jurnalis, dan pembawa acara Marissa Anita (Ali & Ratu Ratu Queens) sebagai moderator.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *