Siapa sih yang gak tau lagu “Dear God” yang dinyanyikan oleh Matt Shadow dari Avenged Sevenfold? Kayaknya itu jadi lagu wajib waktu jaman main warnet ya.
Kali ini, Volix berkesempatan buat 1-on-1 interview bareng Matt Shadow, vokalis dari Avenged Sevenfold dan ngomongin banyak hal. Mulai dari fun fact soal Avenged Sevenfold, sampe nonton bareng video cover “Dear God” yang di translate ke Bahasa Indonesia.
Matt Shadow Berhenti Scream Karena Vocal Cord Paresis
Pernah denger gak, isu yang bilang kalau Matt Shadow berhenti nge-scream karena mengalami Vocal Cord Paresis? Kayaknya hal tersebut jadi sebuah “Gossip” yang dipercaya sama penggemar Avenged Sevenfold selama ini. Tapi, ternyata itu semua hanya isu belaka.
“Hal yang masih dibicarakan orang-orang adalah tentang kami yang berhenti melakukan scream karena saya mengalami Vocal Cord Paresis. Kami sudah mengatakannya berulang kali kami bisa melakukannya, dan kami tampil secara live. Itu hanya merupakan pilihan artistik saja.” ujar Matt Shadow kepada Volix.
Matt pun mengatakan jika banyak sekali rumor yang beredar tentang dirinya di Reddit yang sebenarnya tidaklah benar.
“Jika anda pergi ke Reddit, ada banyak orang yang sebenarnya tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tetapi mereka seolah-olah mengerti apa yang mereka bicarakan. Bukan hanya tentang kami (Avenged Sevenfold), namun sebagian besar yang ada di Reddit, semua orang adalah jenius yang tahu akan segalanya. Tetapi sesungguhnya mereka tidak tahu apa-apa”.
Fun Fact Avenged Sevenfold
Tahukah kalian, kalau sebenarnya nama Avenged Sevenfold diambil dari Alkitab? Ya, rupanya, Alkitab menjadi referensi Matt dalam menemukan nama Avenged Sevenfold ketika dirinya masih berusia 17 tahun.
“Semua orang seharus-nya pulang dan mencari nama. Tapi tidak ada yang melakukanya. Saya membuka Alkitab dan saya pikir itu keren. Dan ya, tidak ada makna yang lebih dalam selain kami hanya anak-anak berusia 17 tahun”, Kenang Matt.
Selain berbincang tentang asal muasal nama Avenged Sevenfold, Matt juga bercerita bagaimana buku-buku novel menjadi inspirasi utamanya dalam menulis lirik-lirik lagu Avenged Sevenfold yang dikenal puitis.
“Lagu-lagu lama kami lebih kepada fantasi. saya bisa bilang penulisan lagu-lagu lama kami hampir sama seperti bagaimana Iron Maiden menulis lagu, tentang fantasi, cerita dari zaman dahulu, tidak selalu tentang cerita sungguhan, fiksi.”
Meskipun diakui Matt jika lirik-lirik di lagu-lagu terbarunya kini sudah lebih terinspirasi dari realita hidup manusia dan tak lagi menceritakan tentang fantasi dan juga fiksi.
“Mungkin banyak dari lagu-lagu kami yang lama terinspirasi dari banyak novel. Namun, di lagu-lagu baru, kami terinspirasi dari Albert Camus yang menulis beberapa novel. Namun musik kami yang terbaru lebih didasari oleh realita, dan tentang kehidupan manusia dan juga alam.” Ucap Matt.
"Dear God" Versi Bahasa Indonesia
Selain berbincang-bincang dengan Matt terkait dengan Fun Fact dari Avenged Sevenfold, kami juga mendapatkan kesempatan untuk memperlihatkan secara langsung cover legendaris dari lagu “Dear God” yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia.
“Oh, itu luar biasa. Saya pikir setiap kali seseorang meluangkan waktu untuk mempelajari lagu kami dan mencoba membuat versi mereka sendiri, itu sangat mengagumkan.Menurut saya, itu benar-benar suatu kehormatan besar bahwa dia ingin melakukannya.Saya telah melihat banyak cover dan itu sangat keren. Kalian tahu, ini berkaitan dengan sisi budaya dalam percakapan ini dan orang-orang menemukan sesuatu di dalamnya, itu selalu menjadi kehormatan yang sangat menyenangkan.” Ujar Matt sesaat setelah menonton video yang diunggah 12 tahun yang lalu itu”
The Only Stop in Asia
Dan berbicara tentang Konser yang digelar pada hari Sabtu (25/5), band asal Huntington Beach, California ini sukses membayar rasa rindu para penggemar yang menunggu kurang lebih 10 tahun sejak kedatangan terakhirnya ke Indonesia.
Lagu-lagu hits seperti Unholy Confession, Afterlife, Nightmare, A Little Piece of Heaven hingga Dear God pun sukses membayar rasa rindu para penggemar.
Ini adalah penampilan satu-satunya Avenged Sevenfold di Asia sebelum mereka akan menggelar tur Eropa. Indonesia dipilih menjadi satu-satunya tempat untuk menggelar tersebut karena bagi Matt, Indonesia menjadi salah satu fanbase terbesar Avenged Sevenfold. Maka, tidaklah etis baginya untuk tidak menggelar konser di tempat dimana banyak sekali penggemar yang sudah merindukan kehadirannya.
“Melihat angka di Spotify, Jakarta ada di puncak daftar beberapa lagu, jadi kalau Anda melihat lagu-lagu tertentu, kita melihat Jakarta berulang kali. Jadi, rasanya sangat salah jika kami melakukan tur di Amerika Serikat sebanyak tiga kali, lalu pergi ke Eropa, lalu melakukan semua hal tanpa datang ke sini. Jadi, awalnya kami ingin melakukan sesuatu yang lebih besar, seperti memperbanyak hari, tapi karena terbatas waktu, kami berpikir bahwa kami harus ke Jakarta setidaknya sekali.”