'}}
Autobiography Keliling Dunia Lewat Cerita Kediktatoran
April 6, 2023

Makbul Mubarak adalah salah satu sutradara muda yang paling sibuk di Indonesia saat ini. Pekan ini ia berangkat ke New York City, Amerika Serikat, untuk mengantarkan film panjang pertamanya Autobiography yang terpilih untuk diputar di festival New Directors/New Films 2023 yang diselenggarakan oleh Museum of Modern Arts (MoMA).

“Selain itu kita masih mau traveling keluar sampai Juni. Masih ada sekitar 10 festival dan theatrical releases,” ujarnya ketika ditemui dalam acara jumpa media di area Sudirman, Jakarta Selatan pada Senin, 3 April 2023. “Kita juga diputar di bioskop di Swiss, kita mau ke sana juga. Sama ada beberapa festival juga. Hong Kong sedang berlangsung, Istanbul sedang berlangsung.”

Nama Makbul Mubarak meroket setelah Autobiography meraih banyak penghargaan di luar negeri dan mulai diputar di bioskop-bioskop Indonesia awal tahun ini. Ia juga meraih Piala Citra untuk kategori Penulis Skenario Asli Terbaik, selain mendapatkan nominasi di enam kategori lain. 

Autobiography bercerita tentang hubungan rumit antara Pak Purna, mantan petinggi militer yang kembali ke kampungnya untuk mencalonkan diri sebagai bupati, dan Rakib, anak muda yang bekerja menjadi pekerja rumah tangganya. Rakib, yang ayahnya dipenjara, melihat sosok ayah yang mengagumkan dalam diri Pak Purna sehingga ia dengan senang dan berbangga hati melayaninya sebagai asisten pribadi. Sayangnya, Pak Purna makin lama makin memperlihatkan sisi kediktatoran yang membuat Rakib gelisah.

Arswendy Bening Swara sebagai Pak Purna di Autobiography. Source: Prime Video

Menurut Makbul, film ini memang dibuat dalam konteks masyarakat yang pernah mengalami tirani. Film yang dibuat dengan kerjasama dari berbagai negara ini melibatkan music director dari Singapura dan editor dari Filipina, negara-negara yang pernah mengalami tirani.

“Bisa jadi si Rakib itu sebenarnya adalah sebuah autobiografi yang mencoba ditulis sama Purna. Yang sebenarnya sedang ia lakukan adalah sebenarnya bukan nyaleg tapi sedang mencoba meninggalkan sebuah legacy, yaitu sebuah autobiografi yang bukan berupa sebuah buku tapi sebuah mindset,” kata Makbul ketika ditanyai soal pemilihan judul.

“Ketika ditayangkan di negara-negara Asia Tenggara, penontonnya amat relate gitu. Ketika kita tayang di Filipina dan Singapura penontonnya kurang lebih memberi respons yang sama dengan penonton yang di Indonesia,” ujar Yulia Evina Bhara, produser Autobiography. “Yang paling bisa relate dari segala segi itu ya audience Indonesia. Tapi juga ternyata penonton-penonton di luar negeri juga bisa relate walau ga di semua layer.

“Soal relasi ayah dan anak. Soal [hidup] di negara-negara di bawah dictatorship dalam durasi yang lama. Mereka merasakan ada hal-hal yang seram, semacam momok gitu,” ujar perempuan yang sering disapa Ebe ini. “Semuanya menangkap bagaimana perasaan Rakib.”

Menurut Ebe, tema film yang cukup berat ini dieksekusi dengan baik oleh Makbul, justru karena kepribadiannya yang santai.

“Justru sebetulnya film-film serius ini harus dibikin sama orang-orang yang juga sebenernya santai yah. Dan saya suka itu dari Makbul. Selain itu dia komit mau berproses,” ujarnya.

Ada banyak hal yang dipelajari oleh Makbul dalam proses pembuatan film pertamanya ini. Terutama dalam hal komunikasi dengan para kru.

Source: Prime Video

“Selama ini kan bikin film pendek, krunya cuma 10 orang, paling banyak 30 orang. Tiba-tiba bikin film panjang [krunya] ada 120 orang. Gimana caranya kita berkomunikasi secara jelas dan percaya kepada banyak orang, gitu,” ujarnya. “Selain itu juga harus pinter-pinter mengelola kebetulan-kebetulan. Karena syuting itu pasti ada kebetulan-kebetulannya. Misalnya kebetulan hari ini matahari nggak keluar. Gimana kita mau mengontrol awan? Kan ga bisa. Improve itu kan harus dikelola supaya kita tetap bisa menyampaikan pesan yang ingin diberikan oleh film itu.”

Di film ini, Makbul juga bekerja sama dengan aktor-aktor senior Arswendy Bening Swara dan almarhum Gunawan Maryanto. Film ini juga menjadi film panjang terakhir di mana Gunawan Maryanto muncul sebelum ia meninggal dunia di Oktober 2021.

“Sebenarnya dia (Gunawan Maryanto) kita libatkan sebagai acting coach. Tapi ketika kita lihat dia lagi ngelatih aktor, saya merasa sayang sekali kalau dia ngga main. Jadi saya minta dia pilih peran yang mana aja terserah dia,” ujar Makbul. “Akhirnya dia pilih peran kecil jadi orang yang marah-marah. Lucu banget. Dia sebenarnya bisa jadi apa saja tapi dia cari peran yang menggelitik saja.”

Film dan akses

Source: Prime Video

Walau laris di festival-festival bergengsi di luar negeri, Autobiography hanya bertahan sebulan di bioskop tanah air. Makbul mengaku sering sekali dikirimi pesan di sosial medianya dari orang-orang yang ingin menonton, tapi film itu tidak diputar di bioskop daerahnya atau kelewatan tanggal tayangnya.

Kabar baiknya, Autobiography akan segera tayang di platform streaming Prime Video mulai 13 April 2023. Ia terpilih menjadi salah satu dari 8 film Indonesia baru yang tayang di periode Ramadan, bersanding dengan film-film lain seperti KKN di Desa Penari, dan Miracle in Cell No. 7. Makbul dan Ebe menyambut baik hal ini karena akan memudahkan akses penonton ke film.

“Ini hal yang mendobrak dinding-dinding dan pintu-pintu bioskop,” ujarnya. “Ini terobosan, apa lagi di negara yang keberadaan bioskopnya tidak merata seperti Indonesia. Memang, internet juga tidak merata tapi at least internet lebih mudah diratakan daripada bioskop. Karena, bioskop menempel dengan mal, dengan bisnis properti.”

Senada dengan Makbul, Ebe juga merasa hadirnya OTT bisa membantu mempertemukan film dengan penontonnya baik di dalam maupun luar negeri.

“OTT membantu sekali apalagi ketika penayangan di bioskop terbatas. Sebenarnya yang kami impi-impikan adalah bahwa film selalu bertemu dengan audiensnya. Pergi ke festival itu kan untuk bertemu dengan audiens,” pungkas Ebe.

Yulia Evina Bhara dan Makbul Mubarak. Source: Prime Video.

See other posts

'}}
FAZERDAZE, SOBS, FLEET FOXES LENGKAPI LINE UP JOYLAND FESTIVAL JAKARTA
'}}
Whisnu Santika dan Dunia-nya Diluar Musik
'}}
Salt Bae Sparked Debate for Selling a Steak for up to Rp 12 Million.